Sebutan Kepada Seseorang Dalam Partuturan Suku Batak
Sebutan dalam partuturan suku Batak -
Partuturan berasal dari kata tutur yang artinya kerabat. Mengetahui posisi seseorang dalam partuturan (partuturon) suku Batak sangat penting, karena mencerminkan penghormatan kepada kepada orang tersebut dalam acara adat.
Partuturan |
Kita tentu pernah mendengar umpasa Batak tentang partuturan yang mengatakan "Jolo tiniptip sanggar, laho bahen huruhuruan, jolo sinungkun marga, asa binoto partuturan" namun tidak semua kita tahu bagaimana harus menyebut seseorang dengan baik dan benar.
Bagi kamu yang belum mengetahui macam-macam panggilan atau sebutan dalam partuturan yang ada di suku Batak, kamu dapat melihat postingan saya sebelumnya tentang Partuturan (Hubungan Kekerabatan) Halak Batak.
Pada artikel kali ini saya akan membahas alus ni tutur tu panjouhon ni partuturan atau jawaban timbal balik dalam hubungan kekerabatan. Mari kita bahas bersama bagaimana cara memanggil seseorang dalam suku Batak.
1. Posisi kita sebagai laki-laki
Disini kita sebagai laki-laki memanggil orang lain dengan berbagai sebutan dan bagaimana seharusnya orang itu akan memanggil kita.
Kita (laki-laki) : Orang lain
- Amang, amangtua, amanguda : amang
- Inang, inangtua, inanguda : amang
- Angkang : anggi(a)
- Ompungdoli (suhut = dari pihak laki-laki) : anggi(a)
- Ompungboru (suhut) : anggi(a)
- Ompungdoli ( bao = dari pihak perempuan ): lae
- Ompungboru ( bao) : amangbao
- Inang ( anggiboru = Istri adik ) : amang
- Anggi(a) angkang
- Anggia ( pahompu = cucu ) : ompung
- Inang ( bao = istri lae) : amang
- Inang ( parumaen = menantu wanita ) : amang
- Amang ( simatua = mertua ) : amanghela
- Inang ( simatua ) : amanghela
- Tunggane : lae
- Tulang : bere
- Nantulang : bere
- Tulang na poso (anak lae) : amangboru
- Nantulang naposo : amangboru
- Bere : tulang
- Ito : ito
- Parumaen / maen : amangboru
- Amang (yang menikahi parumaen kita) : amang
2. Posisi kita sebagai perempuan
Disini kita sebagai perempuan yang memanggil orang lain dan bagaimana orang itu memanggil kita.
Kita (perempuan) : orang lain
- Amang, amangtua, amanguda : inang
- Inang, inangtua, inanguda : inang
- Angkang : anggi(a)
- Ompungdoli (suhut = dari pihak ayah) : ito
- Ompungboru (suhut) : eda
- Ompungdoli ( bao = dari pihak ibu ): ito
- Ompungboru ( bao) : eda
- Eda (istri adik/abang) : eda
- Anggia : angkang
- Inang (parumaen) : inang
- Amang (simatua) : inang
- Inang (simatua) : inang
- Tulang : bere
- Nantulang : bere
- Bere : tulang / nantulang
- Ito : ito
- Amang (suami parumaen kita) : inang
- Amang naposo : namboru
- Inang naposo : namboru
Beberapa aturan yang perlu di ingat
- Hanya sesama laki-laki yang boleh mar-lae, mar-tunggane, mar-tulang na poso dannantulang na poso
- Hanya sesama perempuan yang boleh mar-eda, mar-amang na poso dan inang na poso
Selain itu dalam adat Batak ada istilah yang disebut lebanleban tutur, yaitu suatu pelanggaran adat yang dimaafkan. Sebagai contoh: saya mempunyai bere, perempuan, yang menikah dengan putera dari dongan sabutuha (semarga) saya. Seharusnya, bere saya tadi itu memanggil saya 'Amang' karena pernikahan itu membuat posisi saya menjadi mertua/simatua, dan laki-laki itu harus memanggil saya 'Tulang rorobot' karena perempuan yang dia nikahi adalah bere saya.
Tetapi yang berlaku tidak seperti itu, lartuturon karena keturunan lebih kuat daripada partuturon apa pun, sehingga si bere harus tetap panggil saya 'Tulang' dan si laki-laki harus tetap memanggil saya 'Bapatua atau bapauda'.
Semoga artikel ini dapat menambah pemahaman kita tentang seluk beluk adat Batak, Horas.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete